Untuk menyiasati hambatan perjalanan akibat adanya pandemi Covid-19, banyak negara berencana untuk menerapkan travel bubble. Apakah travel bubble adalah pilihan yang tepat dan perlu ditiru Indonesia?
Pandemi Covid-19 membuat setiap orang tidak bisa lagi bepergian dengan bebas, utamanya untuk liburan dengan tujuan internasional.
Padahal, pariwisata adalah salah satu fondasi ekonomi yang sangat diandalkan oleh hampir setiap negara di dunia.
Keterbatasan bahkan larangan perjalanan lintas negara pun membuat sektor pariwisata sepi dan berimbas langsung terhadap kelesuan sektor ekonomi.
Dari sejumlah solusi yang diusulkan, travel bubble menjadi opsi yang paling banyak dibahas.
Travel bubble yang diusulkan sebagai solusi mengatasi hambatan pariwisata ini pun kabarnya diminati oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
Benarkah travel bubble adalah solusi yang tepat untuk mendongkrak pariwisata, khususnya di Indonesia? Apa saja manfaatnya?
Apa Itu Travel Bubble?
Dikutip dari Okezone.com, travel bubble adalah kebijakan perjalanan khusus antara dua atau lebih negara yang telah aman dari pandemi virus corona.
Travel bubble pertama kali diusulkan oleh Singapura sebagai upaya pembukaan perbatasan negaranya, tetapi dalam kondisi yang terkontrol.
Kebijakan ini membuat negara-negara yang bekerja sama mampu kembali mengadakan perjalanan dengan leluasa seperti sedia kala.
Para pelancong pun tidak perlu lagi melewati kewajiban seperti karantina selama dua pekan serta proses-proses rumit lainnya.
Meskipun begitu, kebijakan travel bubble tetap menuntut sejumlah persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh para pelancong.
Hingga saat ini, travel bubble sudah diterapkan di sejumlah negara Australia, Selandia Baru, Singapura, Jerman, hingga Indonesia.
Travel Bubble adalah Masa Depan Pariwisata?
Kebijakan travel bubble sampai saat ini masih terus dikaji untuk diterapkan di sejumlah negara di dunia.
Travel bubble yang sudah diterapkan oleh Australia dan Selandia Baru bisa menjadi contoh untuk ditiru oleh seluruh dunia.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Executive of Tourism Industry Aotearoa, Chris Roberts, seperti dikutip dari kompas.com.
Australia dan Selandia Baru bisa menjadi contoh karena kedua negara tersebut mampu mengatasi wabah virus corona dengan sangat baik.
Para pengamat percaya, jika Australia dan Selandia Baru berhasil, maka aplikasi travel bubble adalah hal yang mungkin juga dapat diikuti oleh negara lain.
Namun, setiap pihak terkait harus ekstra waspada agar travel bubble tak menjadi blunder dan menimbulkan gelombang lanjutan virus corona.
Manfaat Travel Bubble
Meskipun belum menjadi solusi yang paling ideal, namun banyak pihak percaya bahwa travel bubble adalah langkah permulaan yang tepat.
Penerapan travel bubble pun dipercaya memiliki banyak manfaat, baik bagi para pelancong maupun bagi negara bersangkutan.
Berikut ini beberapa manfaat travel bubble yang perlu Anda ketahui:
1. Travel Bubble adalah Penjamin Rasa Aman
Manfaat travel bubble yang pertama adalah sebagai penjamin rasa aman bagi setiap orang.
Pasalnya, kebijakan ini pasti dibekali dengan sistem yang baik dari mulai sebelum, saat, hingga selesainya perjalanan.
2. Memudahkan Perjalanan
Dengan adanya travel bubble, pelancong tidak perlu lagi menjalani sistem pencegahan Covid-19 yang rumit dan melelahkan, salah satunya karantina mandiri.
3. Menggerakkan Roda Perekonomian
Travel bubble bisa membuat perjalanan dan pariwisata kembali bergulir seperti sedia kala.
Hal ini pun secara langsung akan berimbas pada perputaran roda ekonomi di tempat asal serta tempat tujuan.
Bagaimana, Cekmates? Apakah menurut Anda travel bubble adalah pilihan yang bijak untuk diterapkan di Indonesia?
Terpaksa harus tetap bepergian di tengah situasi pandemi ini? Sebaiknya siapkan asuransi perjalanan terbaik untuk memberikan perlindungan diri yang maksimal ya!